"MAAF YA.........UNTUK DIKALANGAN BUKAN ISLAM SAHAJA"......

Tahun Imam ( 19 Juni 2009 ~ 19 Juni 2010 )



Jantung St Yohanes M Vianney yang tak mengalami kerusakan
Pada tanggal 19 Juni 2009 - Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus dan Hari Doa Sedunia bagi Pengudusan Imam - secara resmi Paus Benediktus membuka Tahun Imam. Dalam kesempatan Ibadat Vespers di Basilika St Petrus tersebut, beliau mendesak segenap imam untuk terus berjuang mencapai kekudusan dan mengatakan pelayanan para tertahbis sungguh amat diperlukan oleh Gereja dan dunia.

“Gereja membutuhkan imam-imam yang kudus, pelayan-pelayan yang membantu umat beriman mengalami kasih Allah yang Maharahim dan yang adalah saksi-saksi yang meyakinkan dari kasih itu,” demikian bapa suci.

Menyinggung kasus-kasus pelecehan seksual oleh segelintir imam, beliau memperingatkan akan “bahaya ngeri merusakkan mereka yang wajib kita selamatkan.”

“Tiada yang lebih mendukakan Gereja dan Tubuh Kristus begitu rupa sebagaimana dosa-dosa para pastornya, teristimewa mereka yang mengubah diri menjadi `pencuri dan perampok domba,' entah karena menyesatkan kawanannya dengan doktrin-doktrin pribadi, atau karena membelenggu kawanannya dalam perangkap dosa dan maut.”

Ribuan imam memadati basilika dalam ibadat sore yang diawali dengan prosesi reliqui jantung St Yohanes Maria Vianney, santo pelindung para pastor paroki. Tahun ini merupakan peringatan 150 tahun wafat St Yohanes Maria Vianney yang mewakili “teladan sejati seorang imam dalam pelayanan kawanan Kristus.” Dalam perayaan ini, paus juga memaklumkan St Yohanes Maria Vianney sebagai santo pelindung imam seluruh dunia.

Bapa Suci berhenti sejenak untuk berdoa di depan jantung sang santo, yang ditahtakan dalam sebuah reliquarium kaca dan emas. Dalam homili, Paus mengatakan bahwa jantung imam Perancis ini “berkobar-kobar dengan kasih ilahi,” kasih yang perlu diteladani para imam masa kini jika mereka hendak menjadi pastor yang berhasil guna.

Selanjutnya, bapa suci mengatakan bahwa “intisari Kekristenan” ditemukan dalam Hati Yesus Yang Mahakudus: kasih Allah yang menyelamatkan, yang “mengundang kita untuk melangkah ke luar dari diri kita” dan”menjadikan diri kita sebagai persembahan kasih tanpa pamrih.”

“Hati Allah berdetak dalam belas kasihan,” demikian bapa suci.
Beliau mengatakan bahwa para imam tak pernah boleh lupa bahwa mereka ditahbiskan untuk “melayani, dengan rendah hati dan kuasa, imamat umum umat beriman.”

“Imamat kita merupakan perutusan yang amat diperlukan oleh Gereja dan dunia, yang menuntut kesetiaan penuh pada Kristus dan persatuan terus-menerus dengan-Nya. Sebab itu, menuntut bahwa kita terus mengupayakan kekudusan, seperti yang dilakukan St Yohanes Vianney.” Paus mengatakan bahwa formasi pastoral para imam sungguh penting bagi para imam modern, tetapi yang terlebih penting adalah “`pengetahuan kasih' yang dipelajari hanya lewat perjumpaan `dari hati ke hati' dengan Kristus.”

Liturgi diakhiri dengan Adorasi Sakramen Mahakudus, menekankan Ekaristi sebagai pusat hidup para imam. Dalam berkat penutup, bapa suci mengunjukkan Sakramen Mahakudus yang ditahtakan dalam monstrans dan dengannya membuat Tanda Salib atas segenap jemaat.

Surat Paus Benediktus XVI dalam Mencanangkan Tahun Imam & Mengenangkan St Yohanes Maria Vianney

Kisah Hidup St. Yohanes M. Vianney
“Tuhan adalah satu-satunya kekayaan yang, dengan pasti, rindu ditemukan umat manusia dalam diri seorang imam.”

~ Paus Benediktus XVI


TAHUN IMAM
dikutip dari: Surat Prefek Kongregasi Klerus, Kardinal Claudio Hummes

Pengumuman Tahun Imam ini telah mendapat sambutan yang hangat, khususnya dari para imam sendiri. Setiap Imam ingin menjalani hidup mereka dengan penuh komitmen, ketulusan dan semangat sehingga tahun itu pantas dirayakan di seluruh dunia - di keuskupan, paroki-paroki dan setiap komunitas lokal - di mana semua umat Katolik dapat berpartisipasi dengan penuh kegembiraan. Umat sangat mencintai para imamnya dan ingin melihat mereka bahagia, hidup suci dan penuh kegembiraan dalam karya pelayanan mereka setiap hari.

Tahun khusus bagi para Imam ini amat penting dan bermanfaat karena ini menjadi kesempatan di mana Gereja berbicara kepada para imam, secara khusus, dan juga kepada semua umat beriman serta masyarakat luas melalui media masa bahwa Gereja berbangga dengan para imamnya, mencintai mereka, menghormati mereka, mengagumi cara hidup mereka dan bahwa Gereja mengakui dengan penuh syukur karya pastoral dan kesaksian hidup para imamnya. Sungguh, para imam memiliki arti penting bukan hanya karena apa yang mereka kerjakan tetapi juga karena keberadaan mereka. Dengan perasan sedih harus diakui bahwa pada masa ini beberapa imam terlibat dalam kasus-kasus yang tidak sepantasnya. Adalah penting untuk melakukan penyelidikan terhadap kasus-kasus semacam itu, melakukan proses hukum dan memberikan hukuman yang sesuai dengan kesalahan mereka. Akan tetapi, haruslah tetap diingat bahwa kasus-kasus ini terjadi pada segelintir kecil saja dari para imam. Sebagian besar para imam adalah orang-orang yang memiliki integritas pribadi, yang mengabdikan hidup mereka pada pelayanan suci, manusia pendoa dan semangat kasih pastoral, yang mencurahkan seluruh diri mereka untuk menjalani tugas panggilan dan misi mereka, sering kali dengan penuh pengorbanan diri, tetapi selalu atas dasar cinta sejati kepada Yesus Kristus, Gereja dan umat, dalam solidaritas dengan orang miskin dan menderita. Dengan alasan itulah, Gereja merasa bangga dengan para imamnya di mana pun mereka berada.

INGATLAH….

Apabila imamnya santo, umatnya akan menjadi kudus.
Apabila imamnya kudus, umatnya akan menjadi baik.
Apabila imamnya baik, umatnya akan menjadi lumayan.
Apabila imamnya lumayan, umatnya akan menjadi biasa-biasa saja.
Apabila imamnya biasa-biasa saja, umatnya akan menjadi buruk.
Apabila imamnya buruk, umatnya akan masuk neraka.

IMAM MENURUT ST YOHANES MARIA VIANNEY

“Imam adalah jantung Hati Yesus.
Jika kamu melihat seorang imam, pikirkanlah Tuhan kita Yesus Kristus. ”

Betapa luar biasanya seorang imam! Seseorang yang menduduki tempat Tuhan - seseorang yang diperlengkapi dengan segala kuasa Allah....

St. Bernardus mengatakan bahwa segala sesuatu kita peroleh melalui Maria; kita juga boleh mengatakan bahwa segala sesuatu kita peroleh melalui imam. Ya, segala sukacita, segala rahmat, segala karunia surgawi. Seandainya kita tidak memiliki Sakramen Imamat, kita tidak akan memiliki Kristus. Siapakah yang menempatkan Ia di sana, dalam tabernakel? Imam. Siapakah yang menerima jiwamu pada saat jiwamu memasuki kehidupan? Imam. Siapakah yang memberi jiwamu makanan, memberinya kekuatan agar mampu menyelesaikan ziarahnya? Imam. Siapakah yang mempersiapkan jiwamu agar layak di hadapan Tuhan dengan membasuhnya, pada saat terakhir, dalam Darah Yesus Kristus? Imam - selalu imam. Dan apabila jiwamu sampai pada ajalnya, siapakah yang akan membangkitkannya, yang mohon agar jiwamu beristirahat dalam tenang dan damai? Sekali lagi imam. Kamu tidak akan dapat memikirkan satu berkat pun dari Tuhan tanpa sekaligus memikirkan juga gambaran seorang imam.

Pergilah mengaku dosa kepada Bunda Maria, atau kepada seorang malaikat; apakah mereka akan mengampuni dosa-dosamu? Tidak. Apakah mereka akan memberimu Tubuh dan Darah Kristus? Tidak. Santa Perawan tidak dapat menghadirkan Putra Ilahinya dalam Hosti. Mungkin kamu ada bersama dua ratus orang malaikat, tetapi mereka tidak dapat mengampuni dosa-dosamu. Tetapi imam, betapa pun sederhananya dia, mempunyai kuasa untuk melakukannya; ia dapat mengatakan kepadamu, “Pergilah dalam damai; saya mengampuni dosa-dosamu”. Oh, betapa mengagumkannya seorang imam! Imam sendiri tidak akan mampu memahami betapa besar kuasa yang diberikan kepadanya hingga ia tiba di surga kelak. Jika saja ia mampu memahaminya di dunia ini, ia akan mati, bukan karena ketakutan, melainkan karena cinta.

Rahmat-rahmat Tuhan lainnya tak akan ada gunanya bagi kita tanpa imam. Apakah gunanya sebuah rumah penuh emas berlimpah, jika tak ada seorang pun yang membukakan pintunya bagimu! Imam memiliki kunci harta pusaka surgawi; imamlah yang membukakan pintunya bagimu; imam adalah pelayan Allah yang baik, penyalur harta kekayaan-Nya. Tanpa imam, Wafat dan Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus tak akan ada artinya sama sekali. Lihat orang-orang tak ber-Tuhan itu; apakah gunanya Kristus telah wafat bagi mereka? Sayang sekali! Mereka tidak mendapat bagian dalam rahmat Penebusan; mereka tidak mempunyai imam yang membasuh jiwa-jiwa mereka dengan Darah-Nya!

Seorang imam bukanlah imam bagi dirinya sendiri; ia tidak dapat mengampuni dirinya sendiri; ia tidak dapat menerimakan sakramen-sakramen pada dirinya sendiri. Seorang imam bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan untukmu. Sesudah Tuhan, imam adalah segalanya. Biarkan suatu paroki tanpa imam selama dua puluh tahun; maka umat akan menyembah berhala. Apabila Pastor misionaris dan saya hendak pergi, kalian akan mengatakan, “Apa yang dapat kami lakukan di gereja? Tidak ada Misa; Tuhan tidak lagi ada di sana; lebih baik kami berdoa saja di rumah.” Jika orang hendak membinasakan agama Katolik, mereka akan mulai dengan menyerang para imam, sebab jika tidak ada lagi imam, tidak akan ada lagi kurban, dan jika tidak ada lagi kurban, tidak akan ada lagi agama.

SURAT KEPADA PARA IMAM
dikutip dari: Surat Paus Yohanes Paulus II, Kamis Putih 1986

Bagi Yohanes Maria Vianney, Misa merupakan sukacita besar dan penghiburan bagi hidup imamatnya. Dengan cermat, kendati antrian begitu banyak peniten, ia melewatkan lebih dari seperempat jam dalam persiapan hening menjelang Misa. Ia merayakan Misa dengan khidmad, dan dengan jelas mengungkapkan adorasinya dalam konsekrasi dan komuni. Tepatlah ia mengatakan, “Penyebab dari kecerobohan imam adalah tidak memberikan perhatian pada Misa!”

Pastor dari Ars teristimewa sadar penuh akan kehadiran nyata Kristus yang tetap dalam Sakramen Mahakudus. Ia biasa melewatkan berjam-jam lamanya dalam adorasi di depan tabernakel, sebelum fajar atau pada sore hari. Sepanjang homili, kerap ia berpaling ke arah tabernakel, berseru penuh emosi, “Ia di sana!” Karena alasan ini pulalah ia, yang begitu miskin dalam imamatnya, tak ragu membelanjakan sejumlah besar uang guna memperindah gereja. Dampaknya yang mengagumkan adalah segera saja umat parokinya memiliki kebiasaan datang berdoa di depan Sakramen Mahakudus dan menemukan, seturut teladan pastor mereka, keagungan misteri iman.

Saudara-saudara imam terkasih, teladan Imam dari Ars mengundang kita untuk secara serius memeriksa batin: bagaimanakah kita menempatkan Misa dalam hidup kita sehari-hari? Adakah seperti pada hari Tahbisan kita - tindak pertama kita sebagai imam! - prinsip karya apostolik dan pengudusan pribadi kita? Bagaimanakah kita mempersiapkan diri menjelang Misa? Dan dalam merayakannya? Dalam berdoa di depan Sakramen Mahakudus? Dalam mendorong umat beriman untuk melakukan hal yang sama? Dalam menjadikan gereja-gereja kita Rumah Allah di mana kehadiran Allah menarik hati manusia pada masa kita yang terlalu sering memiliki gambaran akan suatu dunia yang tanpa Allah.


Kenangan Tahun Imam (2009 ~ 2010)
“Inilah sumber inspirasi, sumber konfirmasi, sumber formasi, sebagai referensi bagi setiap pengkhotbah, klerus maupun awam.
Sesudah 150 tahun wafatnya, biarlah suara hamba Allah yang saleh ini menggema kembali untuk memperkaya Gereja terus-menerus.”
~ P. Terry Th Ponomban, Pr


DOA ST FAUSTINA BAGI GEREJA YANG KUDUS DAN SEGENAP IMAMNYA
Ya Yesus-ku, aku mohon kepada-Mu atas nama Gereja semesta: Berilah Gereja-Mu kasih dan terang Roh-Mu, dan berilah kuasa atas perkataan para imam sehingga hati yang keras dapat dihantar pada pertobatan dan kembali kepada-Mu, ya Tuhan. Tuhan, berilah kami imam-imam yang kudus; Engkau Sendiri-lah yang memelihara mereka dalam kekudusan. Ya Imam Agung Ilahi, kiranya kuasa kerahiman-Mu menyertai mereka ke manapun mereka pergi dan melindungi mereka dari jerat serta perangkap si jahat yang terus-menerus mengincar jiwa-jiwa para imam. Kiranya kuasa kerahiman-Mu, ya Tuhan, menaungi mereka dan menaklukkan segala yang dapat menodai kekudusan para imam, sebab tiada yang mustahil bagi-Mu.

Yesus-ku, kekasih jiwa-Ku, aku mohon kepada-Mu kemenangan Gereja, berkat atas Bapa Suci dan atas segenap klerus, rahmat pertobatan bagi para pendosa yang masih bertegar hati. Dan aku mohon kepada-Mu berkat dan terang khusus, ya Yesus, bagi imam-imam kepada siapa aku mengakukan dosa-dosaku sepanjang hidupku.

__________________________________________________


"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." ~ 1 Timotius 4:12

“Biarlah seluruh dunia berguncang dan biarlah surga bersukacita ketika Kristus, Putera Allah Yang Hidup hadir di sana, di atas altar, dalam tangan imam.”

~ St. Fransiskus dari Assisi


SIAPAKAH IMAM ITU?
oleh St. Yosephus Cafasso

“Siapakah orang ini yang di dunia disebut sebagai imam? Siapakah tokoh ini yang diberkati sebagian orang dan dikutuk oleh yang lainnya? Siapakah dia ini yang dibicarakan dan dikritik oleh seluruh dunia, yang menjadi topik pembicaraan baik lisan maupun tulisan? Apakah pentingnya nama ini yang bergema di setiap sudut dunia? Siapakah itu imam?

Guna menerangkan secara jelas siapa itu imam, saya akan mempergunakan pembedaan-pembedaan yang dibuat St. Bernardus mengenai para imam dan menilai mereka menurut sifat dasarnya, pribadinya dan tingkah lakunya. Quid in natura, quis in persona, qualis in moribus! Menurut sifat dasarnya, seorang imam adalah manusia sama seperti yang lainnya. Menurut pribadinya, martabatnya melebihi semua manusia lainnya di seluruh muka bumi. Menurut sikap dan tingkah lakunya, ia haruslah menjadi manusia yang sama sekali berbeda dari manusia-manusia lainnya oleh karena martabat dan kuasanya. Inilah ketiga pokok yang aku kemukakan sebagai bahan pertimbangan kalian.”

SIAPAKAH SEORANG IMAM ITU?
oleh Baroness de Hueck Doherty

Seorang imam adalah kekasih Allah.
Seorang imam adalah kekasih manusia.
Seorang imam adalah seorang yang kudus,
sebab ia berjalan di hadapan Wajah yang Mahakudus.

Seorang imam memahami segalanya.
Seorang imam mengampuni segalanya.
Seorang imam mengatasi segalanya.

Hati seorang imam adalah, bagai Hati Kristus, ditembusi dengan tombak kasih.
Hati seorang imam dibuka, bagai Hati Kristus, demi keselamatan dunia.
Hati seorang imam adalah bejana belas kasihan.
Hati seorang imam adalah piala kasih.
Hati seorang imam adalah tempat pertemuan antara kasih manusia dan kasih ilahi.

Seorang imam adalah seorang yang tujuan utamanya menjadi alter Kristus.
Seorang imam adalah seorang yang hidup untuk melayani.
Seorang imam adalah seorang yang menyalibkan dirinya sendiri,
sehingga ia pula dapat ditinggikan dan menarik semua orang kepada Kristus.
Seorang imam adalah seorang yang tergila-gila pada Tuhan.

Seorang imam adalah hadiah dari Tuhan bagi manusia, dan dari manusia bagi Tuhan.
Seorang imam adalah lambang Sabda yang menjadi daging.
Seorang imam adalah pedang keadilan Allah yang terhunus.
Seorang imam adalah tangan belas kasih Allah.
Seorang imam adalah cermin kasih Allah.

“Jadi, siapakah imam itu? Ia adalah `pembela kebenaran; ia setara para malaikat, melagukan madah pujian bersama para malaikat agung, mempersembahkan kurban ke altar surgawi, mengambil bagian dalam pelayanan Kristus sebagai imam, membaharui ciptaan, memperbaiki kembali [di dalamnya] citra [Allah], menciptakannya baru kembali untuk dunia surgawi dan, yang paling mulia ialah, dijadikan ilahi dan harus mengilahikan.'”
~ St Gregorius Nazianzen

… Janganlah pernah lupa bahwa para imam adalah, dan bahwa mereka tetap, seorang manusia.

Tuhan tidak mengadakan mukjizat untuk merenggut mereka dari keadaan manusiawinya.

Imamat tidak dengan sendirinya memberikan kuasa kepada seorang untuk melakukan segalanya atau unggul dalam segalanya. Sungguh penting mengingat hal ini, jika tidak kalian akan jatuh ke dalam kesalahan yang amat kuno … yaitu tidak memanusiakan imam dan dengan demikian menempatkan imam di luar kehidupan manusia biasa.

Hal yang demikian amat berbahaya, sebab dengan mengasingkannya demikian, seperti yang dilakukan orang-orang yang tidak percaya, ke dunia ibadat yang eksklusif... imam direnggut dari bagian baik dari tujuan keberadaannya. Jika manusia menolak melalui imam, maka imam tak lagi dapat, atau sekurang-kurangnya tidak dapat sepenuhnya, menjadi pengantara mereka.
~ Kardinal Suhard

KARTU JAMINAN
Nama Produk : IMAM

Pernyataan Pabrik:
Kami menyadari bahwa imam yang Anda terima ini mempunyai sedikit kekurangan: dia bukan ahli nujum. Karena kekurangannya ini, ada beberapa prosedur yang perlu Anda perhatikan supaya imam dapat berfungsi secara optimum:

1. Imam perlu diberi tahu jika ada warga Gereja yang sedang di rawat di rumah sakit dan memerlukan kunjungan.
2. Imam perlu diberi tahu jika ada warga Gereja yang terpaksa harus tinggal di rumah karena usia lanjut atau cacat atau sakit, dan memerlukan pelayanan khusus.
3. Imam perlu diberi tahu jika ada warga Gereja yang sakit, dan karenanya memerlukan dukungan doa; atau jika ada warga yang perlu didoakan secara khusus dalam Misa.
4. Jika memerlukan kunjungan pastoral atau pelayanan lainnya dari imam, Anda hanya akan mendapatkan hasil yang terbaik jika Anda memberitahukan kepadanya terlebih dahulu.

Kami mohon maaf jika kekurangannya ini membuat Anda merasa tidak nyaman. Jika prosedur-prosedur di atas merepotkan serta mengecewakan Anda, silakan mengembalikannya kepada kami. Namun, pengganti yang luput dari kekurangan di atas hanya dapat kami kirimkan, segera setelah kami mendapatkannya.

APAKAH SEMUA IMAM MENGECEWAKAN?
oleh: P. Richard Londsdale

Pernahkah seorang dewasa mengatakan kepadamu, “Kalian anak-anak semuanya sama saja!” Mungkin kamu tidak suka dikata-katai seperti itu. Sikap menyamaratakan untuk memaki seluruh kelompok adalah salah. Perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan oleh beberapa orang tertentu tidak boleh dipergunakan untuk menghakimi semua orang dalam kelompok.

Sama halnya dengan para imam. Memang ada beberapa imam yang mengecewakan. Tetapi, adalah salah apabila kemudian kalian beranggapan bahwa semua imam mengecewakan. Sama halnya adalah salah menghakimi semua anak dengan perbuatan beberapa anak yang nakal dan badung.

Hampir semua imam adalah orang-orang yang baik. Mereka membaktikan hidup mereka untuk membantu membawa banyak orang datang pada Tuhan. Mereka bekerja dengan jam kerja yang panjang dan dengan suka hati menolong siapa saja dan kapan saja. Lebih dari sekali, saya harus berbicara hingga berjam-jam untuk memberikan nasehat serta membangkitkan semangat seseorang yang berusaha bunuh diri. Saya membantu mereka menghadapi krisis serta mendapatkan pertolongan bagi mereka. Saya tidak memperoleh bayaran untuk apa yang saya lakukan itu, bahkan ucapan terima kasih pun tidak. Tetapi, bukan itu masalahnya, melainkan itulah yang akan Tuhan lakukan.

Menjadi seorang imam adalah karir yang sangat mengagumkan, sebab imam dapat menolong banyak orang. Menjadi seorang imam juga adalah pekerjaan yang membuat seorang kesepian, sebab imam tidak diperkenankan menjalin hubungan terlalu akrab dengan umat. Para imam mewakili Tuhan. Jika para imam kelihatan terlalu manusiawi, mereka akan menyebabkan umat memiliki gambaran Allah yang lemah. Umat mengharapkan para imam senantiasa “baik” sepanjang waktu, sebab memang demikianlah Allah itu: Ia sungguh baik.

Jadi, tolong jangan menghakimi semua imam dengan perbuatan-perbuatan buruk yang mungkin dilakukan oleh beberapa imam. Lebih dari itu, jika para imam gagal, janganlah berpikir bahwa Tuhan juga seperti itu. Para imam dapat saja melakukan kesalahan-kesalahan, sebab para imam juga manusia. Tetapi, Tuhan tidak dapat salah. Tuhan mengasihi kita semua, termasuk imam-imam yang mengecewakan. Dan yang terpenting, Ia sangat mengasihi kamu.

“Para imam membutuhkan banyak sekali dukungan doa. Mereka perlu ditopang oleh jiwa-jiwa yang berkurban - yaitu mereka yang mempersatukan doa-doa dan penderitaan mereka dengan jasa-jasa tak terhingga Tuhan kita Yesus Kristus.”
~ P. Émile-Marie Brière

DOA BAGI PARA IMAM
oleh Kardinal John J Carberry

Peliharalah mereka, aku mohon kepada-Mu, ya Tuhan terkasih.
Peliharalah mereka, sebab mereka itu milik-Mu,
para imam yang hidupnya merupakan kurban bakaran
di hadapan mezbah-Mu yang kudus.

Peliharalah mereka, sebab mereka berada dalam dunia,
meski mereka bukan dari dunia.
Apabila kenikmatan duniawi menggoda serta memikat
naungilah mereka dalam Hati-Mu.

Peliharalah mereka dan hiburlah mereka
di saat-saat kesedihan dan kesepian,
apabila segala pengorbanan hidup mereka demi jiwa-jiwa
tampaknya sia-sia belaka.

Peliharalah mereka dan ingatlah ya Tuhan,
bahwa mereka tak memiliki siapa pun selain Engkau Sendiri.
Namun demikian, mereka hanya memiliki hati manusia,
dengan segala kelemahan dan kerapuhan manusia.

Peliharalah mereka agar tak bercela bagai Hosti Kudus,
yang setiap hari mereka persembahkan;
Setiap pikiran dan perkataan serta perbuatan,
sudilah, ya Tuhan terkasih, Engkau berkati.
Amin.

INGATLAH….

Apabila imamnya santo, umatnya akan menjadi kudus.
Apabila imamnya kudus, umatnya akan menjadi baik.
Apabila imamnya baik, umatnya akan menjadi lumayan.
Apabila imamnya lumayan, umatnya akan menjadi biasa-biasa saja.
Apabila imamnya biasa-biasa saja, umatnya akan menjadi buruk.
Apabila imamnya buruk, umatnya akan masuk neraka.

“TERIMA KASIH TUHAN ATAS ANUGERAH IMAMAT!”
oleh Paus Yohanes Paulus II, Misa Krisma, 1 April 1999


“[Ia] yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya” (Why 1:6). Kristus tidak hanya secara pribadi menggenapi kurban penebusan yang menghapus dosa-dosa dunia dan mendatangkan pujian sempurna bagi kemuliaan Bapa. Ia juga menetapkan imamat sebagai suatu sakramen dari Perjanjian Baru, sehingga kurban yang satu yang Ia persembahkan kepada Bapa dengan cara yang berdarah dapat terus-menerus diperbaharui dalam Gereja dengan cara yang tak berdarah, dalam rupa roti dan anggur. Hari Kamis Putih adalah hari yang tepat kita kenangkan secara istimewa, imamat Kristus ditetapkan dalam Perjamuan Malam Terakhir, dan diikatkan secara tak terpisahkan dengan kurban Ekaristi.

“[Ia] yang telah membuat kita ... menjadi imam-imam.” Ia telah menjadikan kita orang-orang yang ikut ambil bagian dalam imamat-Nya yang satu, sehingga di segenap altar dunia melewati abad-abad sejarah, kurban Kalvari yang berdarah dan tak dapat diulang kembali, dapat dihadirkan kembali. Hari Kamis Putih adalah hari pesta yang agung bagi para imam. Sore hari ini kita akan memperbaharui kenangan akan penetapan Kurban Ekaristi, sesuai ritme peristiwa-peristiwa Paskah, seperti yang diwariskan Injil kepada kita. Tetapi, liturgi yang khidmad pada pagi hari ini merupakan suatu ucapan syukur istimewa kepada Tuhan atas anugerah yang adalah misteri, bagi kita semua yang secara intim ikut ambil bagian dalam imamat Kristus. Tiap-tiap dari kita mengenakan madah mazmur ini pada dirinya sendiri: “Misericordias Domini in aeternum cantabo”. “Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya” (Mzm 89:2).

Marilah kita memperbaharui dalam diri kita kesadaran akan karunia ini. Dalam arti tertentu, kita rindu untuk menerimanya kembali, guna mengarahkannya kepada pelayanan yang lebih lanjut. Sesungguhnya, imamat sakramental kita adalah suatu pelayanan yang unik dan khas. Kita melayani Kristus, agar imamat-Nya yang satu dan tak dapat diulang kembali ini dapat senantiasa hidup dan berkarya aktif dalam Gereja demi kebajikan umat beriman. Kita melayani umat Kristiani, saudara dan saudari kita yang, melalui pelayanan sakramental kita, datang untuk ikut ambil bagian secara lebih mendalam dalam Penebusan Kristus.

Pada hari ini, dengan daya istimewa, masing-masing dari kita dapat mengulangi bersama Kristus, kata-kata Nabi Yesaya, seperti dimaklumkan dalam Injil: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4: 18-19).

“Sebagian orang beranggapan bahwa kemuliaan seorang imam sepenuhnya terdiri dari aktivitas lahiriah belaka. Dengan demikian mereka hampir sama sekali mengabaikan keutamaan-keutamaan dengan mana manusia dijadikan sempurna, dan yang kita sebut pasif; mereka mengatakan bahwa segala aktivitas dan proses belajar seorang imam akan memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pelaksanaan keutamaan-keutamaan aktif. Sungguh mengejutkan, betapa ajaran ini mengandung kesesatan yang merusak.”
~ St Paus Pius X


DOA SEORANG IMAM
dari “His Favorite Prayers: St. John Neumann, C.SS.R.”

Ya Yesus-ku, walau aku seorang yang malang dalam begitu banyak hal dan begitu bodoh, aku telah Engkau pilih sebagai gembala dari kawanan domba-Mu. Anugerahkanlah kepadaku kasih yang bertambah-tambah bagi jiwa-jiwa yang telah Engkau tebus dengan Darah-Mu yang Mahasuci, sehingga aku dapat berkarya demi keselamatan mereka dengan kebijaksanaan, kesabaran dan kekudusan. Janganlah kiranya satu pun dari mereka yang telah Engkau percayakan kepadaku hilang akibat kesalahanku. Ya Yesus-ku, bantulah aku menguduskan mereka yang Engkau serahkan ke dalam pemeliharaanku.

Ya Bunda Allah yang tersuci, sudi doakanlah aku dan mereka semua yang ada dalam kebun anggurku. Para malaikat pelindung yang kudus dari jiwa-jiwa terkasih, ajarilah aku bagaimana bersikap terhadap mereka sehingga aku dapat menanamkan ke dalam hati mereka pokok-pokok iman dan kasih sejati Allah. Tuhan, ajarilah aku bagaimana hidup dan jika perlu mati, sehingga semuanya dapat diselamatkan, sehingga semuanya dapat mengasihi dan memuliakan Engkau sepanjang kekekalan masa; agar semuanya dapat pula mengasihi dan menghormati BundaMu terkasih. Amin.

KARDINAL KUNG: SEORANG IMAM SEJATI, SEORANG PAHLAMAN IMAN!
Pada tanggal 8 September 1955, Uskup Kung bersama lebih dari 200 imam dan tokoh awam ditangkap oleh pemerintah komunis Cina. Beberapa bulan kemudian, Uskup Kung dibawa keluar ke hadapan massa di gelanggang Balap Anjing di Shanghai. Ribuan orang diperintahkan untuk hadir mendengarkan pengakuan Uskup di hadapan publik atas “kejahatan-kejahatannya”. Dengan kedua tangan terikat di belakang punggung, mengenakan setelan piyama penjara Cina, Uskup didorong maju ke depan mikrofon untuk mengaku. Keheningan yang senyap segera meliputi khalayak ramai, yang menanti dengan harap-harap cemas. Sekonyong-konyong para parajurit dikejutkan oleh seruan lantang Uskup, “Hidup Kristus Raja! Hidup Paus!” yang segera disambut massa, “Hidup Kristus Raja! Hidup Uskup Kung!” Bapa Uskup segera diseret ke mobil polisi dan menghilang dari dunia hingga ia dibawa ke hadapan pengadilan pada tahun 1960.

Malam sebelum dihadapkan ke pengadilan, mereka meminta Uskup untuk menyangkal Bapa Suci dan untuk bekerjasama memimpin Asosiasi Patriotik. Mereka membujuk bahwa tidaklah perlu Uskup berbicara; satu anggukan kepala saja akan segera membebaskannya dari penjara. Uskup Kung menjawab, “Saya seorang Uskup Katolik Roma. Jika saya menyangkal Bapa Suci, tidak saja saya bukan lagi seorang Uskup, melainkan saya bahkan bukan lagi seorang Katolik. Kalian dapat menebas kepala saya, tetapi kalian tidak akan pernah dapat merampas tugas tanggung jawab saya.”

Sebagai ganjaran atas keteguhan hatinya, Uskup Kung dikurung di balik terali besi selama tigapuluh tahun.
Kardinal Van Thuân: 13 Tahun dalam Tahanan Komunis Vietnam

ST YOHANES MARIA VIANNEY - SANTO PELINDUNG PARA IMAM PAROKI

Tanggal 9 Februari 1818, seorang imam muda dengan penuh semangat berjalan sepanjang suatu jalanan sempit yang menghantarnya ke sebuah desa bernama Ars di Perancis Selatan. Ars akan menjadi parokinya, dan ia akan menjadi imamnya. Ketika hampir tiba, ia berlutut untuk berdoa, dan sementara ia berdoa, suatu pikiran yang aneh terlintas di benaknya, “Paroki ini tidak akan cukup menampung banyaknya orang yang akan berkunjung ke sini.”

Sungguh, suatu nubuat yang aneh. Tetapi, mengapakah orang hendak datang ke Ars? Pada waktu itu Ars adalah suatu daerah yang kumuh: 40 rumah dari tanah liat tersebar di suatu lembah, di mana suatu aliran sungai kecil mengalir perlahan. Gereja sangat payah keadaannya dengan sebuah pekuburan tak terawat di belakangnya. Penduduknya hanyalah para petani biasa yang acuh tak acuh terhadap iman Katolik, dan menghabiskan waktu luang mereka dengan minum-minum dan bergosip.

Walau demikian, Ars akan segera menjadi terkenal, sebab Tuhan telah mengirimkan rahmat-Nya dengan mengutus imam muda ini.

Sang imam menerima tantangan yang terbentang di hadapannya. Revolusi Perancis telah meninggalkan tanda-tanda neraka: rasionalisme dan ketidakpedulian terhadap agama; tetapi ia akan segera membangunkan penduduknya dari kelesuan dengan mewartakan kebenaran keselamatan.

Siapakah gerangan imam utusan Tuhan ini?

Yohanes Baptis Maria Vianney dilahirkan pada tanggal 8 Mei 1786 di Dardilly, sebuah dusun dekat Lyons, Perancis, dalam sebuah keluarga petani sederhana. Rumah keluarga Vianney yang terletak di antara perkebunan anggur yang indah itu telah dikenal orang dari generasi ke generasi sebagai rumah orang-orang miskin, sebagai wisma para pengemis yang berkelana. Pada tahun 1770, St Yosef Labrè merupakan salah seorang dari para pengemis itu.

Orangtua Yohanes Maria adalah Matius dan Maria Vianney. Matius adalah seorang yang saleh dan amat jujur dalam abad di mana korupsi merajalela di Perancis; Maria menonjol dalam keutamaan-keutamaan kelemah-lembutan dan kasih sayang yang memancar dari lubuk hatinya yang terdalam, sungguh cocok menjadi ibu seorang kudus.

Bahkan sebelum kelahiran St Yohanes Maria, sulung dari enam bersaudara, kerapkali sang ibu mempersembahkan calon putranya itu kepada Tuhan dan Bunda Maria; berikrar janji secara rahasia untuk mempersembahkannya di altar Tuhan. Bidan yang melayani persalinannya berseru, “Sungguh, entah anak ini akan menjadi seorang kudus yang besar atau seorang penjahat besar.”

Usianya baru delapanbelas bulan ketika Yohanes Maria telah belajar mengatupkan kedua tangan mungilnya dalam doa dan mengucapkan nama Yesus dan Maria. Maria Vianney akan membangunkan anak-anaknya setiap pagi, agar ia dapat memastikan mereka mempersembahkan hati mereka kepada Tuhan. Kesalehan ibunya tertanam dalam hatinya.

Pada masa kanak-kanak Yohanes Maria, karena anti-klerus, anti-gereja dari Revolusi Perancis yang pecah pada tahun 1789, para imam yang tidak menandatangani sumpah setia kepada negara, dibuang dalam pengasingan. Sebagian imam terpaksa hidup dalam persembunyian, jika tertangkap, guillotine (=hukuman pancung) telah menanti. Segera saja pintu-pintu gereja di Dardilly disegel dan paraktek iman Katolik dilarang oleh pemerintah.

Tetapi, di Lyons masih ada sekitar 30 orang imam yang setia kepada Roma, yang terus melayani sakramen-sakramen secara sembunyi-sembunyi, dengan taruhan nyawa mereka. Keluarga Vianney, tidak saja memegang teguh iman mereka selama masa penganiayaan ini, melainkan sesungguhnya semakin diperteguhlah iman mereka karenanya. Keluarga Vianney tidak pernah mau berhubungan dengan imam-imam yang bersumpah setia kepada konstitusi Perancis, yang anti-Gereja; pun mereka tidak mengijinkan anak-anak mereka belajar di sekolah-sekolah negeri, meskipun hukuman berat dikenakan terhadap mereka yang tidak menyekolahkan anak-anak mereka. Sebaliknyalah, mereka terus mendaraskan doa-doa harian dan mengajarkan katekese di rumah. Sekali waktu, seorang imam yang setia kepada Roma akan datang untuk mempersembahkan Misa secara sembunyi-sembunyi. Dalam situasi seperti itu, Yohanes Maria harus menerima Komuni Pertamanya secara sembunyi-sembunyi kala usianya 13 tahun.

Kejahatan Revolusi Perancis, yang menyebabkan penyelewengan begitu banyak imam, menanamkan rasa ngeri akan dosa dalam diri Yohanes Maria, sekaligus semangat yang berkobar untuk menjadi seorang yang saleh. Ia biasa berkata, “Oh, andai aku seorang imam, aku akan berjuang untuk memenangkan sebanyak mungkin jiwa-jiwa bagi Tuhan.”


“Dan kita mempercayakan imamat kita kepada Santa Perawan Maria, Bunda Para Imam, kepada siapa Yohanes Maria Vianney tak henti-hentinya memohon pertolongan dengan penuh kasih sayang dan kepercayaan penuh. Bunda Maria merupakan suatu alasan baginya untuk mengucap syukur. “Yesus Kristus,” katanya, “yang telah memberikan kepada kita segala yang dapat Ia berikan kepada kita, juga menghendaki kita ikut ambil bagian dalam apa yang paling berharga bagi-Nya, yaitu BundaNya yang Tersuci.”
~ Paus Yohanes Paulus II, 16 Maret 1986


SANTA PERAWAN MARIA DALAM KEHIDUPAN IMAM
oleh P. John A. Hardon, S.J., (1914-2000)

Yesus Kristus menetapkan imamat pada Perjamuan Malam Terakhir, ketika Ia mengatakan kepada para rasul, “Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku.” Yang Ia maksudkan, tentu saja, adalah apa yang baru saja Ia Sendiri lakukan, mengubah roti dan anggur menjadi tubuh dan darah-Nya Sendiri yang hidup.

Tuhan menjadi manusia agar Ia dapat wafat bagi kita di atas Salib. Tetapi Ia juga menjadi manusia agar dapat tinggal di tengah kita dalam Ekaristi Kudus sebagai Kurban, Komuni dan Kehadiran Nyata.

Namun demikian, tidak akan ada Ekaristi tanpa Santa Perawan Maria. Allah, sebagai Allah, telah ada dalam dunia saat Ia menciptakan dunia. Ia pastilah sudah ada, jika tidak, maka dunia tidak akan ada.

Apakah yang terjadi dalam peristiwa Kabar Sukacita saat Perawan Maria mengatakan kepada malaikat, “Terjadilah padaku menurut perkataanmu”? Pada saat itulah Tuhan menjadi ada dalam dunia sebagai Allah-Manusia. Andai tidak ada Maria, tidak akan ada Inkarnasi. Andai tidak ada Maria, tidak akan ada Ekaristi Kudus.

Begitu hal ini dipahami, imamat kita mendapatkan maknanya yang sebenarnya. Andai tidak ada kita, para imam, menyusuri kembali tahbisan kita ke Perjamuan Malam Terakhir, maka tidak akan ada Sakramen Ekaristi.

Sebab itu, beranilah kita menarik kesimpulan berikut: Kita, para imam, amat penting bagi kehadiran di dunia Yesus Kristus, Putra Allah, yang menjadi Putra Santa Perawan Maria. Tanpa para imam, Kurban Kalvari tidak akan diperbaharui dalam Kurban Misa; tanpa imam, umat beriman tidak akan menerima Yesus dalam Komuni Kudus; tanpa imam, Kristus yang hidup tidak akan berada di dunia sekarang sehingga kita dapat bersembah sujud dan memohon samudera rahmat yang kita butuhkan.

Semuanya ini menghantar kita pada satu kesimpulan penting: tanpa Bunda Maria, tidak akan ada imamat Katolik di dunia. Mengapa? Sebab tanpa Bunda Maria tidak akan ada Ekaristi.

Jadi, bagaimanakah seharusnya kita menanggapi hal ini? Kita menanggapinya dengan tiga cara, yaitu: devosi yang terlebih mendalam kepada Bunda Maria sebagai Bunda Imamat kita; iman yang terlebih mendalam akan kuasa-kuasa imamat kita; dan kasih yang terlebih mendalam akan Yesus Kristus, Putra Maria, yang ada di tengah-tengah kita dalam Ekaristi Kudus.

Bagaimanakah kita bertumbuh dalam devosi kepada Bunda Maria? Dengan berbicara kepadanya sesering mungkin. Bagaimanakah kita bertumbuh dalam iman akan kuasa-kuasa imamat kita? Dengan menumbuh-kembangkan iman akan Ekaristi Kudus di antara mereka yang kita layani. Tidak ada yang lebih dibutuhkan Gereja Katolik sekarang ini daripada pemahaman yang lebih teguh, lebih jelas dan lebih hidup akan Ekaristi Kudus. Bagaimanakah kita bertumbuh dalam kasih yang terlebih mendalam kepada Yesus Kristus dalam Sakramen Mahakudus? Dengan memanfaatkan setiap kesempatan untuk berada di hadirat kehadiran Ekaristis-Nya sepanjang hari dan, perlu saya tambahkan, hingga malam hari.

Doa:
“Bunda Maria, Bunda Ekaristi Kudus dan Bunda Imamat, perolehkanlah bagi kami sesuatu dari imanmu yang mendalam kepada Putra Ilahimu. Perolehkanlah bagi kami sesuatu dari semangatmu yang berkobar dalam menjadikan Yesus, yang tinggal dalam Ekaristi, terlebih dikenal dan terlebih dikasihi dengan sungguh di segenap penjuru dunia. Amin.”